Rabu, 09 Desember 2015

BEASISWA KULIAH DI ARAB SAUDI

Info Penting dari Channel Telegram Markaz Ta'awun Dakwah dan Bimbingan Islam: http://goo.gl/6bYB1k📡

🌍 Kuliah Gratis di Universitas Bertaraf Internasional, Saudi Arabia (S1, S2, S3):

✅ Plus Bisa Haji dan Umroh Gratis

✅ Menghadiri Majelis-majelis Ilmu Ulama Besar Ahlus Sunnah

✅ Sholat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

✅ Negeri Muslim, Dengan Berbagai Kemudahan Beribadah, Makanan yang Halal dan Pergaulan Antara Lawan Jenis yang Lebih Terjaga (Kelas Pria dan Wanita Terpisah, Mahasiswi Wajib Menutup Aurat)

✅ Uang Saku Bulanan, Tiket Gratis PP Setiap Liburan (Pada Umumnya, Mungkin Tidak Semuanya)

✅ Terbuka untuk Jurusan Ilmu Agama dan Umum

✅ Syarat Jurusan Ilmu Agama (Menguasai Bahasa Arab) dan Umum (Menguasai Bahasa Inggris)

🌐 Syarat-syarat Lainnya dan Info Pendaftaran Lihat di Website Masing-masing Universitas:

1. Al-Imam Muhammad bin Su'ud University http://imamu.edu.sa dan https://elearn.imamu.edu.sa

2. King Fahd University of Petroleum and Mineral http://kfupm.edu.sa

3. King Su'ud University http://ksu.edu.sa

4. King 'Abdul 'Aziz University http://kau.edu.sa

5. Ummul Qura University of Makka http://uqu.edu.sa

6. King Faisal University http://kfu.edu.sa

7. Najran University http://nu.edu.sa

8. King Khalid University http://kku.edu.sa

9. Jazan University http://jazanu.edu.sa

10. Prince Sultan University http://psu.edu.sa

11. King Abdullah University of Science and Technology http://kaust.edu.sa

12. Taibah University http://taibahu.edu.sa

13. Univesity of Ha’il http://uoh.edu.sa

14. Prince Muhammad Univesity http://pmu.edu.sa

15. College of Nursing and Allied Health Science http://ngha.med.sa

16. Arab Open University Saudi Arabia http://arabou.org.sa

17. Taif University http://tu.edu.sa

18. King Su'ud bin 'Abdul 'Aziz University for Health and Science http://ksau-hs.edu.sa

19. Naif Arab Univesrity for Security Science http://nauss.edu.sa

20. Al-Faisal University http://alfaisal.edu.sa

21. Institute of Public Administra

CINTA ANAK YATIM

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim 1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang berbuat riya 7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna Di dalam QS. Al-Maun ayat 1-7 di atas menunjukkan bahwa Islam memberikan perhatian yang khusus terhadap anak yatim dan orang miskin. Sebagai ajaran samawi yang sempurna, agama Islam selalu mengajak kepada umat manusia untuk beramal dan bersedekah kepada orang-orang miskin yang kurang beruntung di sekitar kita. Hal ini sekaligus menyiratkan bahwa kita sebagai umat Islam diharuskan menjadi orang yang kaya agar dapat bersedekah semaksimal mungkin. Anak yatim adalah anak yang kehilangan ayahnya. Sebagai seorang pelindung sekaligus tulang punggung keluarga, peranan ayah sangatlah vital baik dalam hal kasih sayang maupun kehidupan ekonomi. Berbuat baik kepada anak yatim merupakan salah satu bentuk akhlak yang mulia, sebaliknya berbuat aniaya terhadap anak yatim diancam oleh Allah dengan neraka dan tidak diterimanya amal ibadah shalat, naudzubillahi min dzalik. Selain janji Allah di atas, ada banyak keutamaan menyantuni anak yatim yang telah disebutkan di dalam atsar maupun Hadis Rasulullah Muhammad SAW, antara lain: Suatu ketika sahabat Saib bin Abdullah ra. datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka Rasulullah bersabda kepadanya : ياَ سَائِبُ انْظُرْ أَخْلاَقَكَ الَّتِيْ كُنْتَ تَصْنَعُهَا فِيْ الجْاَهِلِيَّةِ فَاجْعَلْهَا فِيْ اْلإِسْلاَمِ. أَقْرِ الضَّيْفَ و أَكْرِمِ الْيَتِيْمَ وَ أَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ "Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga." (HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud) Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari Nabi Daud 'alaihissalam, yang berkata : كُنْ لِلْيََتِيْمِ كَاْلأَبِ الرَّحِيْمِ "Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang." [HR. Bukhori] Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمِ فِيْ الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى وَ فَرَجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا "Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti ini", Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya. (HR. Bukhori) Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata : "Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah." Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ فِيْ طَعَامِهِ وَ شَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ ...... "Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga." (HR. Abu Ya'la dan Thobroni, Shohih At Targhib) Menyantuni anak yatim juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjadikan hati lunak. Diriwayatkan oleh Abu Darda' rodhiyallohu 'anhu yang berkata : أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَجُلٌ يَشْكُوْ قَسْوَةَ قَلْبِهِ, قَالَ : أَتُحِبُّ أَنْ يَلِيْنَ قَلْبُكَ, وَ تُدْرَكَ حَاجَتُكَ ؟ اِرْحَمِ الْيَتِيْمَ, وَامْسَحْ رَأْسَهُ, وَأَطْعِمْهُ مِنْ طَعَامِكَ, يَلِنْ قَلْبُكَ, وَتُدْرَكْ حَاجَتُكَ "Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya : sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi." (HR Thobroni, Targhib) Demikianlah, sangat besar keutamaan menyayangi dan menyantuni anak yatim, hingga ia dapat memudahkan urusan kita di dunia dan diakhirat. Secara ringkas ada beberapa cara di era modern ini bagi kita untuk menyantuni anak yatim, yaitu: a) Memberikan makan dan menanggung kebutuhan pokoknya b) Mengusap kepala serta menunjukkan kasih sayang kepadanya c) Memberikan beasiswa atau membiayainya sekolah d) Memberikan pendidikan yang ikhlas kepadanya e) Memberikan hukuman dengan lemah lembut bila ia berbuat salah f) Memberikan hadiab berupa buku atau hal-hal edukasi lainnya yang dapat mengembangkan kemandiriannya. Wallahu ‘alam sumber : http://www.muslimnas.com/2011/12/keutamaan-menyantuni-anak-yatim.html

Kamis, 03 Desember 2015

IDUL YATAMA SEBAGAI HARI MENYANTUNI ANAK YATIM

Idul Yatama, diartikan sebagai hari raya anak-anak yatim yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram (Asyura). Salah satu tradisi-tradisi Asyuro yang banyak diterangkan dalam kitab ulama. Pada dasarnya istilah ini bukan bermaksud membuat hari raya baru sebagaimana Ied syar'i seperti Idul Fithri dan Idul Adlha. Penyebutan istilah Ied hanya sebagai ungkapan kegembiraan dan kesenangan. Orang-orang kadang biasa menyebut hari yang menggembirakan sebagai "hari raya (ied)". Dalam syair-syair Arab pun banyak menggunakan kata 'Ied tetapi tidak maksudkan sebagai Ied yang sebenarnya. Demikian pula dengan istilah Idul Yatama yang dimaksudkan sebagai Hari Anak Yatim, sebagaimana Hari Santri, Hari Pahlawan, Hari Kemerdekaan, Hari Pohon (peduli lingkungan), Hari Ibu dan sejenisnya. Maksud dari Hari Anak Yatim adalah hari menyantuni anak-anak yatim, momen yang mengingatkan masyarakat tentang anak-anak yatim yang perlu mendapat santunan / uluran tangan. Momen tersebut tidak pula dimaksudkan hanya berlangsung pada hari itu atau sehari dalam setahun, karena menyantuni anak yatim bisa dilakukan kapanpun. Sebagian orang kadang melakukan pemelintiran, bila ada hari yang digunakan sebagai momen tertentu maka dihari yang lain kegiatan itu tidak berlangsung. Ini salah paham, bisa pula sengaja disalah pahami. Momentum 10 Muharram atau Asyura diambil karena ada anjuran pada hari tersebut untuk menyantuni anak-anak yatim serta ada balasan yang besar dari Allah SWT berupa diangkatnya derajat orang yang menyantuni anak yatim pada hari tersebut. Seperti halnya momentum Hari Santri di usulkan bertepatan dengan hari Resolusi Jihad (22 Oktober) karena momen tersebut tidak lepas dari perjuangan para santri dan ulama pesantren. Hari Pahlawan bertepatan dengan 10 November untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia, dan lain sebagainya. Didalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan, وورد في فضل مسح رأس اليتيم حديث أخرجه احمد والطبراني عن أبي امامة بلفظ من مسح رأس يتيم لا يمسحه الا لله كان له بكل شعرة تمر يده عليها حسنة وسنده ضعيف ولأحمد من حديث أبي هريرة ان رجلا شكى إلى النبي صلى الله عليه و سلم قسوة قلبه فقال اطعم المسكين وامسح رأس اليتيم وسنده حسن "Dan telah datang hadits-hadits mengenai keutamaan mengusap kepala anak yatim yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Thabraani dari Abu Umamah dengan pernyataan (lafadh) "Barangsiapa mengusap kepala anak yatim yang semata-mata karena Allah disetiap rambut yang ia usap, niscaya Allah berikan kebaikan", sanadnya lemah (dloif). Juga hadits dari Abu Hurairah "Sesungguhnya seorang lelaki mengadu pada Nabi SAW tentang kerasnya hatinya, Nabi bersabda "Berikan makanan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim", sanadnya Hasan. Dalam riwayat lain : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمْ الْمِسْكِينَ. رواه أحمد. قال الحافظ الدمياطي ورجاله رجال الصحيح. Dari Abu Hurairah, bahwa seorang laki-laki mengeluhkan hatinya yang keras kepada Nabi SAW. Lalu beliau bersabda: “Usaplah kepala anak yatim, dan berilah makan orang miskin.” (HR. Ahmad. Al-Hafizh al-Dimyathi berkata: “Para perawinya adalah para perawi hadits shahih.” Lihat, al-Hafizh al-Dimyathi, al-Matjar al-Rabih fi Tsawab al-‘Amal al-Shalih, hlm 259) Dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin li-Samarqandi disebutkan riwayat dari Ibnu 'Abbas bahwa Rasulullah Saw. bersabda: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً "Barangsiapa yang puasa para hari Asyura (tanggal 10) bulan Muharran niscaya Allah akan memberikan 10000 pahala malaikat dan pahala 10.000 pra syuhada', dan baragsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura' niscaya Allah angkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya". Hadits ini memang tidak kuat, tetapi ulama membolehkan menentukan hari untuk beramal kebajikan. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan mengenai riwayat Ibnu Umar sebagai berikut: وفي هذا الحديث على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحه والمداومه على ذلك “Hadits ini, dengan jalur-jalurnya yang berbeda, mengandung dalil bolehnya menentukan sebagian hari, dengan sebagian amal-amal saleh dan melakukannya secara rutin" (Fath al-Bari, 3/69). Makna Mengusap Kepala Anak Yatim Berkaitan dengan mengusap anak kepala anak yatim (Mas-hu Ro'yi Yatiim), ulama mengartikannya sebagai makna hakiki (makna yang sebenarnya) yaitu mengusap kepala anak yatim dengan tangan, dan ulama lainnya mengartikannya sebagai makna kinayah (kiasan) berupa melakukan perbuatan baik seperti santunan kepada anak yatim dan perlakuan lembah lembut dan sebagainya. والمراد من المسح في الحديث الثاني حقيقته كما بينه آخر الحديث وهو (من مسح رأس يتيم لم يمسحه إلا لله كان له بكل شعرة تمر عليها يده عشر حسنات ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده كنت أنا وهو في الجنة كهاتين وقرن بين أصبعيه) . وخص الرأس بذلك لأن في المسح عليه تعظيما لصاحبه وشفقة عليه ومحبة له وجبرا لخاطره، وهذه كلها مع اليتيم تقتضي هذا الثوب الجزيل، وأما جعل ذلك كناية عن الإحسان فهو غير محتاج إِلَيْهِ لِأَن ثَوَاب الْإِحْسَان الَّذِي هُوَ أَعلَى وأجلّ قد ذكر بعده "Maksud dari "mengusap" dalam hadits kedua adalah makna hakiki (yang sebenarnya) sebagaimana diterangkan oleh hadits lain, yaitu "Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim semata-mata karena Allah, niscaya Allah berikan sepuluh kebaikan pada setiap helai rambutnya, dan barangsiapa memperbaiki anak yatim perempuan atau laki-laki yang ada disisinya niscaya aku dan dia bersamanya seperti ini, dan Nabi menggandeng antara jarinya". Penyebutan kata ro'sun / kepala secara khusus karena mengusap kepala mengandung pengertian sikap penghargaan, kasih sayang, cinta kasih dan mengayomi kebutuhan yang diusap, semua itu bila dilakukan pada anak yatim maka mendapatkan pahala. Adapun mengartikannya secara kinayah (kiasan / bukan makna sebenarnya) berupa perbuatan kebajikan tidaklah dibutuhkan, karena pahala kebajikan yang lebih tinggi telah disebutkan setelahnya..." (al-Fatawa al-Haditsiyyah li-Ibni Hajar al-Haitami, 1/43) قال الطيبي: مسح رأس اليتيم كناية عن الشفقة والتلطف إليه، ولما لم تكن الكناية منافية لإرادة الحقيقة لإمكان الجمع بينهما "Abu Thayyib berkata: "Mengusap kepala anak yatim adalah sebuah kinayah tentang kasih sayang, sikap lemah lembut, dan makna kinayah tidak bertentangan dengan hakiki karena dimungkinkan untuk dipadukankan keduanya". (Mirqatul Mafatih, 8/3115) Tradisi Para Ulama Ahli Hadits Mengusap kepala anak yatim juga termasuk diantara tradisi Asyuro yang sudah dilakukan oleh umat Islam sejak dahulu, termasuk oleh ulama Ahli Hadits. Imam al-Hafizh Ibnu al-Jauzi al-Hanbali, (508-597 H/1114-1201 M), seorang ulama ahli hadits terkemuka bermadzhab Hanbali, dalam kitabnya al-Majalis menjelaskan banyak kebiasaan-kebiasaan ulama yang dilakukan pada Asyuro sebagai berikut: فَوَائِدُ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ اَلْفَائِدَةُ اْلأُوْلَى: يَنْبَغِيْ أَنْ تَغْسِلَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَقَدْ ذُكِرَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يَخْرِقُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ زَمْزَمَ إِلىَ سَائِرِ الْمِيَاهِ، فَمَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَئِذٍ أَمِنَ مِنَ الْمَرَضِ فِيْ جَمِيْعِ السَّنَةِ، وَهَذَا لَيْسَ بِحَدِيْثٍ، بَلْ يُرْوَى عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. اْلفَائِدَةُ الثَّانِيَةُ: الصَّدَقَةُ عَلىَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ. اْلفَائِدَةُ الثَّالِثَةُ: أَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةُ أَنْ يُفَطِّرَ صَائِمَا. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةُ أَنْ يُسْقِيَ الْمَاءَ. اَلْفَائِدَةُ السَّادِسَةُ أَنْ يَزُوْرَ اْلإِخْوَانَ. اَلْفَائِدَةُ السَّابِعَةُ: أَنْ يَعُوْدَ الْمَرِيْضَ. اَلْفَائِدَةُ الثَّامِنَةُ أَنْ يُكْرِمَ وَالِدَيْهِ وَيَبُرَّهُمَا. الْفَائِدَةُ التَّاسِعَةُ أَنْ يَكْظِمَ غَيْظَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْعَاشِرَةُ أَنْ يَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْحَادِيَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنَ الصَّلاَةِ وَالدُّعَاءِ وَاْلاِسْتِغْفَارِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّانِيَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّالِثَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُمِيْطَ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُصَافِحَ إِخْوَانَهُ إِذَا لَقِيَهُمْ. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ قِرَاءَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ لِمَا رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ قَرَأَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَلْفَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ وَمَنْ نَظَرَ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا "Beberapa faedah amalan shaleh pada hari Asyura : 1) Mandi pada hari Asyura. Telah disebutkan bahwa Allah SWT membedah komunikasi air Zamzam dengan seluruh air pada malam Asyura’. Karena itu, siapa yang mandi pada hari tersebut, maka akan aman dari penyakir selama setahun. Ini bukan hadits, akan tetapi diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. 2) Bersedekah kepada fakir miskin. 3) Mengusap kepala anak yatim. 4) Memberi buka orang yang berpuasa.5) Memberi minuman kepada orang lain. 6) Mengunjungi saudara seagama. 7) Menjenguk orang sakit. 8) Memuliakan dan berbakti kepada kedua orang tua. 9) Menahan amarah dan emosi. 10) Memaafkan orang yang telah berbuat aniaya. 11) Memperbanyak ibadah shalat, doa dan istighfar. 12) Memperbanyak dzikir kepada Allah. 13) Menyingkirkan apa saja yang mengganggu orang di jalan. 14) Berjabatan tangan dengan orang yang dijumpainya. 15) Memperbanyak membaca surat al-Ikhlash sampai seribu kali. Karena atsar yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, barangsiapa yang membaca 1000 kali surah al-Ikhlash pada hada hari Asyura, maka Allah akan memandang-Nya. Siapa yang dipandang oleh Allah, maka Dia tidak akan mengazabnya selamanya. (Al-Hafizh Ibnu al-Jauzi al-Hanbali, kitab al-Majalis halaman 73-74, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah). Penjelasan yang sama juga dikemukan oleh Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus al-Makki, ulama Syafi’iyah terkemuka dan pengajar di Masjid al-Haram, dalam kitabnya Kanz al-Najah wa al-Surur fi al-Ad’iyah al-Ma’tsurah allati Tasyrah al-Shudur, halaman 82, sebagai berikut: فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ # بِهَا اثْنَتَانِ وَلَهَا فَضْلُ نُقِلْ صُمْ صَلِّ صِلْ زُرْ عَالِمًا عُدْ وَاكْتَحِلْ # رَأْسَ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ وَسِّعْ عَلىَ الْعِيَالِ قَلِّمْ ظَفَرَا # وَسُوْرَةَ اْلإِخْلاَصِ قُلْ أَلْفًا تَصِلْ "Pada hari Asyura terdapat dua belas amalan yang memiliki keutamaan: 1) Puasa, 2) Memperbanyak ibadah shalat. 3) Shilaturrahmi dengan keluarga dan family. 4) Berziarah kepada ulama. 5) Menjenguk orang sakit. 6) Memakai celak mata. 7) Mengusap kepala anak yatim. 8) Bersedekat kepada fakir miskin. 9) Mandi. 10) Membuat menu makanan keluarga yang istimewa. 11) Memotong kuku. 12) Membaca surah al-Ikhlash 1000 kali" Dalam hal ini pula, kita bisa mengatakan bahwa tradisi-tradisi berupa mengusap kepala anak yatim (yang diambil istilah Idul Yatama), dan berbagai tradisi Asyuro lainnya bukanlah tradisi Syiah. Tetapi murni Islami, berasal Ahlussunnah Wal-Jama’ah dan ahli hadits. Wallahu A'lam. Oleh : Abdurrohim Diolah dari berbagai sumber, dan dibawah tinjauan aktifis LBM NU

Rabu, 02 Desember 2015

DOA ORANG TUA LEBIH MAQBUL DARIPADA DOA SEORANG WALI BESAR


Dalam kehidupan, orang banyak mencari para wali, baik mereka masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Mereka memohon kepada ALLAH, melalui keberkahan para wali, agar kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih lancar, dan sukses. Bahkan mereka rela datang dari tempat yang jauh dengan perjalanan berhari-hari.
Tapi sayang, ada satu karamah yang banyak dilupakan orang, yakni karamah seorang Ibu. Dialah yang dimuliakan ALLAH tiga kali lipat dibanding kemuliaan Ayah. Dialah karamah di atas segala karamah yang ada di muka bumi. Dialah figur yang digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai sosok manusia yang memiliki doa yang sangat mustajab melebihi dari doa-doa makhluk lainya. Nabi SAW bersabda, "Doa orangtua kepada anaknya seperti doa nabi kepada umatnya."
Dikisahkan, ada seorang sahabat yang ingin ikut berperang dengan Rasulullah. Ia memiliki seorang ibu yang telah tua. Maka dikatakan Nabi SAW kepadanya, “Pulanglah, berbaktilah kepada Ibumu, sesungguhnya surga berada di bawah telapak kakinya.” Hadits ini membuktikan bahwa berbakti kepada orangtua sebanding dengan para pejuang yang berjihad di medan perang.


Dari kebesaran kewalian seorang Ibu, Rasulullah SAW telah berpesan kepada Umar dan Ali RA untuk meminta doa dari seorang wali yang shalih, taat, dan berbakti kepada Ibunya, yakni Uais Al-Qarni. Ia sangat cinta kepada ibunya yang lumpuh. Ia rela berkorban segala-galanya demi mendapatkan keridhaan Ibunya. . Rasulullah berpesan, “Nanti, pada zamanmu, akan lahir seorang manusia yang doanya sangat mustajab. Pergi dan carilah dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Kalau kamu berdua berjumpa dengannya, mintalah doa darinya untuk kamu berdua.”
Umar dan Ali RA bertanya, “Apa yang patut kami minta dari Uais Al-Qarni, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mintalah kepadanya agar ALLAH menghapuskan dosa-dosa kalian.” . Itulah Uais Al-qarni, yang rela memangku ibunya yang lumpuh dengan kedua tangannya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah di saat melakukan ibadah haji, memangkunya di saat mengerjakan thawaf, sai, dan wukuf di Padang Arafah. Dan juga ia rela memangku ibunya dengan kedua tangannya berjalan kaki di saat kembali dari Makkah ke Yaman.
Sayyidina Ali dan Umar RA termasuk sepuluh sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Mereka diperintahkan untuk meminta doa kepada Uais Al-Qarni, yang taat dan patuh kepada Ibunya. Sahabat Nabi SAW adalah manusia-manusia mulia dan dimuliakan Allah. Sahabat Nabi SAW adalah mereka yang hidup di zaman Nabi SAW, mengenal dan melihat langsung beliau, membantu perjuangan beliau dan meninggal dalam keadaan beriman. Jumlah sahabat Nabi SAW sangat banyak dan tak terhitung.
Dalam kitab Rijal Haula Ar-Rasul, oleh Khalid Muhammad Khalid disebutkan bahwa para sahabat Nabi SAW yang paling utama jumlahnya lebih dari 60, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi SAW. Mereka disebut pengikut atau murid yang dekat dengan Nabi SAW. Mereka mempunyai status atau kedudukan yang penting dalam dunia Islam, karena mereka adalah pengikut Nabi yang banyak memberi andil dalam dakwah Nabi SAW.
Derajat sahabat Nabi SAW menurut para ulama terbagi dalam beberapa tingkatan. Pertama, para sahabat yang masuk Islam di Makkah sebelum melakukan hijrah, seperti Khulafaur Rasyidin, yaitu empat khalifah: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali RA. Kedua, sahabat yang dijamin masuk surga. Ketiga, para sahabat yang ikut serta pada Perang Badar. Keempat, para sahabat yang ikut serta pada Perang Uhud. Kelima, para sahabat yang ikut serta pada Bai’at Ridhwan. Dan keenam, sahabat-sahabat lainnya yang jumlah mereka tidak sedikit. . Kepastian sepuluh sahabat nabi SAW masuk surga banyak sekali disebut dalam hadits shahih. Semua hadits itu wajib diimani. Di antaranya hadits dari Abdurrahman bin ‘Auf RA, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d bin Abi Waqqash di surga, Said bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail di surga, dan Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” (HR At-Tirmizy dan Al-Baghawi dalam Al-Mashabih fil Hisan). 
Sayyidil Habib Al Imam Salim Bin Abdullah Bin Umar Asy-Syatiri, Setiap orang yang datang menghadap Habib Salim atau Habaib habaib besar yang alim di tarim untuk minta di doakan, selalu mendapat pertanyaan yang sama: Apakah kamu masih memiliki permata di rumahmu?' (Ibu). Kalau dijawab ya, Maka mereka dengan halus akan mengatakan,Tahukah kamu, bahwa doa ibu untukmu, lebih mulia dan makbul daripada doa seorang Wali besar sekalipun!!


Ketika habib Umar Bin Hafidz dan abangnya Habib Ali Masyhur masih bayi dan sering menangis, ibunda mereka Hubabah Zahra, akan memeluk dan membelai anak anaknya sambil mengusap kepala mereka, kepada habib Ali masyhur beliau sering berbisik, mufti, mufti, dan sekarang Habib Ali masyhur telah menjadi mufti Tarim, Kepada habib umar, sang ibu selalu berdoa 'da'i, da'i, dan hari ini Habib Umar telah menjelma menjadi Da'i paling besar di dunia islam zaman ini..


SubhanAllah...DAHSYATNYA doa seorang ibu.
Buat calon ibu dan sudah menjadi ibu dari anak anaknya, berkatalah yang baik kepada anak anaknya karena perkataanmu kepada anak adalah doa, bagi yang punya Ibu, jangan dinomerduakan Ibu kita dari siapapun, sayangi mereka cintai mereka.